
News Tajdid, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi meluncurkan Gerakan Wakaf Uang menuju Indonesia Emas 2045, atau yang disebut “Giwang Emas 2045,” dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024 yang berlangsung di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Peluncuran ini menandai langkah strategis dalam mengoptimalkan potensi wakaf sebagai dana abadi untuk kesejahteraan bangsa.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Prof. Waryono Abdul Ghafur, menegaskan bahwa wakaf uang memiliki potensi yang besar untuk memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat, terutama jika dikelola secara profesional oleh nadzir (pengelola wakaf).
“Wakaf uang adalah wakaf bergerak yang manfaatnya bisa terus berkembang untuk kesejahteraan sosial, terutama dalam pendidikan dan kesejahteraan,” ungkap Waryono dalam sambutannya.
Ia menekankan bahwa pengelolaan wakaf yang baik dapat membantu menciptakan generasi penerima manfaat yang siap berkontribusi di posisi strategis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
“Generasi penerima manfaat wakaf dapat menjadi calon pemimpin masa depan yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global,” tambahnya.
Potensi wakaf di Indonesia sangat besar, mencapai sekitar Rp 180 triliun. Namun, Waryono mengakui bahwa literasi masyarakat tentang wakaf, terutama perbedaan antara wakaf, sedekah, dan infak, masih rendah.
Oleh karena itu, Kemenag terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat tentang wakaf melalui berbagai program, termasuk peluncuran Kota Wakaf di Tasikmalaya sebagai upaya untuk mengenalkan urgensi dan mekanisme wakaf.
Terkait pengelolaan wakaf, Waryono memuji peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang menjamin transparansi dan akuntabilitas pengelolaan wakaf.
Baca Juga : Ketum HIPMI Kaltara Bicara Soal Peluang Ekspor ke Wapres
Baca Juga : Porwakot I Tarakan Pertandingkan 8 Cabor dan Lomba, Libatkan Seluruh Insan Per
Ia juga mendukung gagasan pembentukan lembaga pengawasan khusus untuk wakaf, mirip dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana wakaf.
Waryono menyebutkan contoh sukses pengelolaan wakaf pendidikan, seperti di Universitas Al-Azhar, Mesir, yang mampu menopang krisis keuangan negara.
Di dalam negeri, wakaf juga telah menghasilkan fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, bahkan sebelum adanya program jaminan kesehatan seperti BPJS.
“Gerakan wakaf ini tidak boleh berhenti pada peluncuran saja,” tegasnya.
Sebagai langkah lanjutan, Kemenag akan terus mempromosikan berbagai inisiatif wakaf lainnya, seperti wakaf untuk calon pengantin dan calon jamaah haji, agar semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam gerakan ini.
Acara peluncuran Giwang Emas 2045 ini dihadiri oleh 200 peserta dari kalangan masyarakat umum, akademisi, praktisi, hingga peneliti nasional dan internasional, menandai komitmen bersama untuk membangun kesejahteraan bangsa melalui wakaf. (*)