
Oleh : Juanda, S.Pd., M.Pd. / Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Tarakan
Media sosial kini telah menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan remaja. Di satu sisi, platform seperti Instagram, WhatsApp, YouTube, dan lainnya membuka berbagai peluang untuk mendapatkan informasi, memperluas jaringan pertemanan, serta berbagi gagasan. Kehadiran teknologi ini memberikan kemudahan yang belum pernah ada sebelumnya, di mana informasi bisa diakses dengan cepat hanya melalui ponsel di genggaman.
Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, media sosial juga memiliki dampak negatif yang signifikan. Penggunaan berlebihan dan tidak terkontrol sering kali membuat remaja terjebak dalam dunia maya, yang membuat mereka mengabaikan interaksi sosial di dunia nyata. Banyak dari mereka lebih memilih berkomunikasi secara virtual daripada bertemu langsung, yang lama-kelamaan dapat mengurangi keterampilan sosial dan memperparah isolasi.
Sebuah penelitian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa 98% anak-anak dan remaja di Indonesia sudah akrab dengan internet, dengan 79% di antaranya menjadi pengguna aktif. Angka ini menunjukkan betapa besar peran teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari remaja. Meskipun menawarkan banyak keuntungan, teknologi ini dapat memicu kecanduan dan menyerap waktu remaja dalam aktivitas yang tidak produktif.
Dampak negatif media sosial ini terlihat dari meningkatnya sifat konsumtif, perilaku impulsif, dan kecenderungan untuk hanya mengejar popularitas di dunia maya. Banyak remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk scrolling tanpa tujuan jelas, bahkan tidak sedikit yang tergoda untuk mengikuti tren yang kurang positif, seperti menunjukkan gaya hidup mewah yang tak sesuai kenyataan.
Di balik tantangan ini, media sosial juga memiliki sisi positif yang tak bisa diabaikan. Platform-platform tersebut dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengembangkan diri, memperluas wawasan, dan memperkuat identitas sosial. Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran interaktif, termasuk untuk memperdalam ilmu agama, seperti mengikuti kajian online atau membaca materi keislaman yang tersedia luas di internet.
Dalam pandangan psikologi pendidikan Islam, media sosial bisa dijadikan sarana positif bagi para remaja asalkan penggunaannya diawasi dan diarahkan dengan bijak. Remaja perlu dibimbing agar memanfaatkan platform ini untuk hal-hal yang membangun, seperti belajar, berkarya, atau menyebarkan pesan kebaikan. Akhlak yang baik tetap harus menjadi dasar dari setiap interaksi, termasuk di dunia maya.
Oleh karena itu, peran orang tua dan pendidik sangatlah krusial. Pengawasan yang tepat terhadap aktivitas online remaja adalah kunci untuk mencegah dampak buruk dari media sosial. Orang tua tidak hanya perlu membatasi penggunaan gawai, tetapi juga aktif dalam berdialog tentang konten yang dikonsumsi anak-anak mereka. Ini termasuk memberi contoh yang baik dalam menggunakan teknologi.
Baca Juga : Ketum HIPMI Kaltara Bicara Soal Peluang Ekspor ke Wapres
Baca Juga : Porwakot I Tarakan Pertandingkan 8 Cabor dan Lomba, Libatkan Seluruh Insan Per
Psikologi pendidikan Islam juga menekankan pentingnya pengembangan karakter pada remaja. Pendidikan agama yang kuat harus diimbangi dengan pendekatan psikologis yang memahami kebutuhan emosional dan sosial remaja. Dengan cara ini, remaja bisa lebih siap menghadapi pengaruh lingkungan digital yang kerap kali menantang prinsip-prinsip moral dan agama.
Remaja berada dalam fase kehidupan yang sangat dinamis dan mudah dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat dan dengar. Pada usia ini, mereka sedang mencari jati diri dan sering kali terjebak dalam mengikuti tren tanpa pertimbangan matang. Inilah mengapa penting bagi mereka untuk memiliki panduan yang kuat, baik dari keluarga maupun dari lingkungan pendidikan.
Dampak buruk media sosial, seperti kecenderungan untuk menjadi anti-sosial dan boros waktu, sebenarnya bisa diatasi jika ada kontrol dan penanaman nilai yang baik. Pendidikan Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam hidup, termasuk dalam menggunakan teknologi. Media sosial, jika digunakan dengan baik, bisa menjadi alat yang sangat berguna dalam mengembangkan kepribadian yang lebih baik.
Sebagai kesimpulan, media sosial dapat menjadi sarana pembelajaran yang efektif atau malah menjadi jebakan jika tidak digunakan dengan bijak. Di sinilah peran pendidikan Islam dan pendekatan psikologis menjadi sangat penting. Remaja perlu didorong untuk menggunakan media sosial sebagai alat untuk memperbaiki diri, menyebarkan kebaikan, dan membangun karakter yang kuat.
Dengan pengawasan yang baik dan pendidikan yang tepat, remaja dapat memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang positif. Orang tua, guru, dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung remaja untuk tumbuh menjadi generasi yang bijak dan tangguh di era digital ini. (*)