
News Tajdid, Jakarta – Survei terbaru yang dirilis Alvara Research Center memperlihatkan fenomena yang kontras di Indonesia: kalangan kelas bawah lebih terjebak dalam jerat pinjaman online, sementara kelas atas lebih sering terlibat dalam judi online.
Temuan ini menunjukkan perbedaan tekanan ekonomi yang dialami oleh setiap lapisan masyarakat.
Menurut Hasanudin Ali, Founder Alvara Research Center, masyarakat kelas bawah menghadapi tantangan ekonomi yang memaksa mereka mengambil pinjaman online (pinjol) untuk mencukupi kebutuhan hidup.
“Kelas bawah lebih terjebak dengan pinjol karena mereka tergiur kemudahan dalam mendapatkan dana cepat tanpa jaminan,” ungkap Hasanudin, Ahad (10/11/2024).
Survei yang dilakukan pada 1.800 responden pada September 2024 ini mengungkapkan bahwa masyarakat kelas bawah lebih rentan terhadap pinjaman online, berbeda dengan kalangan atas yang justru tertarik pada judi online.
Baca Juga : Ketum HIPMI Kaltara Bicara Soal Peluang Ekspor ke Wapres
Baca Juga : Porwakot I Tarakan Pertandingkan 8 Cabor dan Lomba, Libatkan Seluruh Insan Per
Pinjol dianggap sebagai solusi cepat oleh kelas bawah, meskipun risikonya besar.
Hasanudin menjelaskan bahwa kelas atas memiliki daya beli yang lebih tinggi, sehingga mereka lebih berani dalam mengambil risiko perjudian tanpa memikirkan kerugian yang mungkin terjadi.
Kelas atas cenderung memandang judi sebagai hiburan yang tidak berdampak signifikan pada keuangan mereka.
Sementara itu, kelas bawah lebih rentan dengan pinjaman online karena kebutuhan ekonomi.
Keterbatasan finansial memaksa mereka meminjam uang dengan cara instan, meskipun bunga yang ditawarkan oleh pinjol cukup tinggi. Hal ini menyebabkan beban keuangan yang terus bertambah.
Selain faktor kelas sosial, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor signifikan dalam survei ini.
Hasilnya menunjukkan bahwa pria memiliki risiko lebih tinggi terpapar judi online, dengan skor 8,0, jauh lebih tinggi dibandingkan wanita yang hanya 1,0.
Pola ini memperlihatkan kecenderungan perilaku judi yang lebih dominan pada laki-laki.
Survei ini juga mengindikasikan bahwa durasi penggunaan internet menjadi faktor risiko yang penting.
Pengguna internet yang aktif lebih dari 13 jam sehari memiliki tingkat paparan judi online tertinggi dengan skor 7,7. Ini menunjukkan bahwa semakin lama durasi online, semakin besar risiko terpapar judi.
Hasanudin berharap, hasil survei ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan pinjaman online dan perjudian daring di masyarakat.
“Kedua masalah ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah untuk melindungi masyarakat dari jeratan pinjol dan perjudian daring,” tutup Hasanudin.