
Oleh: M. Harish Ishlah, S.I.P. / Anggota Bidang Perkaderan PP IPM
Rumah adalah tempat paling nyaman untuk meletakkan badan selepas seharian penuh menahan penat dengan segala aktivitas yang dijalani, beristirahat bukanlah satu-satunya hal yang menjadikan rumah sendiri sebagai tempat yang begitu spesial di hati. Ketika hendak mandi atau buang air juga rasa-rasanya akan terasa mengganjal jika tidak dilakukan di rumah sendiri, suasana dan perasaan nyamannya tidak akan sama.
Entah mengapa, tapi rumah sendiri itu memiliki keistimewaan untuk tetap bisa menjaga kita lebih lama berada di dalam dan juga membuat kita memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bergegas pulang saat berada jauh dari rumah, kita juga tidak akan dengan sembarangan mengizinkan masuk sembarang orang ke dalam rumah kita.
Mulanya, saya masih memiliki pikiran yang begitu egois karena sampai saat ini saya tidak mengizinkan sembarang orang untuk memasuki rumah saya, apalagi hingga menginap semalaman yang hanya akan menyebabkan saya menjadi kerepotan.
Menjadi aktivis dan kader Muhammadiyah sekaligus seringkali membuat saya hampir tidak pernah berada di rumah dan jauh dari kota kelahiran, hampir setiap bulan saya melancong ke berbagai daerah dan wilayah yang berbeda yang mana menjadikan sering menjadi tamu bagi daerah dan wilayah yang saya kunjungi. Tidak jarang, saya disediakan suaka berupa tempat menginap dan makanan, dan tidak jarang juga tempat menginap dan makanan yang disediakan merupakan rumah para dermawan Muhammadiyah lokal yang tidak keberatan rumahnya sering dijadikan sebagai “basecamp” atau tempat berkumpulnya para kader-kader muda Muhammadiyah yang gemar untuk berkumpul.
Bahkan, saya pernah sampai dua pekan bersama rombongan IPM tinggal di rumah Ibunda Marlina Gazali Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi Tenggara. Ibunda Marlina membiarkan kami, 20 orang asing untuk menginap dan makan di rumahnya selama itu, entah apa yang bisa mengilhami seseorang untuk bisa menjadi dermawan seperti itu adalah hal yang berusaha saya dalami saat ini.
Perkumpulan-perkumpulan anak-anak muda aktivis memang diperlukan untuk menunjang progresifitas gerakan Muhammadiyah di lingkungannya, sekumpulan orang yang sering berkumpul akan memiliki kecenderungan untuk memiliki ikatan yang kuat untuk bersinergi sehingga dapat melahirkan ide-ide dan inovasi.
Hobbies indicate creativity, community brings soul to movement yang artinya adalah hobi biasanya mengindikasikan adanya kreatifitas, dan komunitas biasanya membawakan jiwa bagi gerakan. Memberikan fasilitas tempat untuk berkumpulnya anak-anak muda, menjadikan persyarikatan menjadi lebih hidup, karena perkumpulan tersebut tidak hanya berupa perkumpulan formal yang akan merancang program kerja saja.
Namun, intensitas bertemu satu sama lain membuat anak-anak muda mempunyai bonding yang kuat satu sama lain yang menjadikan progresifitas berjalan beriringan dengan internalisasi kondisi SDM yang kuat.
Dalam satu pekan ini, saya berada di Kota Tarakan, Kalimantan Utara untuk melakukan fasilitasi pada kegiatan Taruna Melati III IPM Kaltara, ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke Pulau Borneo. Sebelum berangkat dari Jakarta, saya tidak mempersiapkan akomodasi apapun untuk suaka, saya juga tidak menanyakan akan dijemput kah dari Bandar Udara? di mana saya akan menginap? dan lain sebagainya, saya langsung saja berangkat hanya dengan bermodal nekat.
Baca Juga : Ketum HIPMI Kaltara Bicara Soal Peluang Ekspor ke Wapres
Baca Juga : Porwakot I Tarakan Pertandingkan 8 Cabor dan Lomba, Libatkan Seluruh Insan Per
Sesampainya di Tarakan, saya tidak hanya dikenalkan dengan para personil IPM saja, namun juga para tokoh, senior, dan pengurus Muhammadiyah di Kaltara yang menyambut baik saya dengan antusias.
Saya diajak teman-teman IPM Kaltara untuk menginap dan berkegiatan di rumah Ibunda Mardhiana Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Kaltara, rumahnya terdapat kamar kosong, perpustakaan mini, dan teras yang luas.

Mengindikasikan bahwa rumah beliau tidak sekali ini saja dijadikan sebagai basecamp untuk berkumpulnya anak-anak muda, melainkan tempat ini seharusnya terlihat cukup sering untuk dijadikan tempat berkumpulnya aktivis Muhammadiyah. Melihat dari sambutan Ibunda Mardiana yang sangat hangat kepada kami, menunjukkan bahwa beliau tidak hanya sekali-dua kali direpotkan oleh kader-kader IPM.
Hal ini menjadikan saya termenung, memikirkan betapa tidak berdayanya Muhammadiyah jika tidak memiliki aktivis-aktivis militan ‘Aisyiyah yang konsisten mau menampung dan merawat kader. Penting rasanya jika harus membuat kader-kader Muhammadiyah itu nyaman dan betah di Muhammadiyah sehingga dapat dengan berkelanjutan meneruskan perkaderan di Muhammadiyah, kita tidak tahu latar belakang aktivis-aktivis muda ini seperti apa keluarganya? Barangkali, di rumahnya mereka ini tidak betah berada di rumah dengan berbagai alasan. Maka, rumah-rumah yang sering dijadikan basecamp pergerakkan seperti ini sangat penting adanya.

Suatu hari, saya ingin juga memiliki rumah yang demikian pula untuk keperluan umat. Saya ingin kunci rumah saya digandakan sebanyak mungkin untuk aktivis-aktivis muda Muhammadiyah bersua dan mengasah kreativitas. Dari ketulusan Ibunda-Ibunda ‘Aisyiyah, saya menjadi belajar banyak ilmu kehidupan tentang berbagi dan mengayomi, karena mereka-lah saya tidak pernah merasa jauh dari rumah.