PWA Kaltara Tekankan Ideologi Kepemimpinan Aisyiyah di Musywil IGABA ke-3

TARAKAN, TAJDID OFFICIAL – Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Kalimantan Utara, Mardhiana, menegaskan pentingnya penguatan ideologi kepemimpinan dalam organisasi Aisyiyah. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemateri dalam Musyawarah Wilayah (Musywil) Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) ke-3 di Kalimantan Utara.

Dalam pemaparannya, Mardhiana menjelaskan bahwa ideologi Muhammadiyah merupakan sistem pemikiran yang dilandasi, dijiwai, dan dibingkai untuk mengamalkan Islam dalam kehidupan manusia. Ideologi ini menjadi dasar perjuangan Aisyiyah dalam menjalankan peran keislaman dan kebangsaan.

“Ideologi Muhammadiyah adalah manhaj dakwah Islam yang bertujuan mengajak manusia untuk beriman serta menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar,” ujarnya. Hal ini sejalan dengan semangat tajdid atau pembaruan yang menjadi karakter gerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri.

Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa ideologi Muhammadiyah memiliki kerangka pemikiran yang kuat, antara lain Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah (MADM), Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Khittah Muhammadiyah, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Berbagai pemikiran formal ini menjadi panduan dalam menjalankan roda organisasi.

Dalam konteks kepemimpinan, Mardhiana menekankan bahwa ideologi bukan sekadar teori, melainkan harus diterapkan dalam sikap dan tindakan pemimpin. Ia juga mengingatkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang dapat melemahkan ideologi dalam organisasi, yakni egoisme, konflik internal, dan pengaruh eksternal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.

“Ideologi kepemimpinan bukan hanya sekadar kumpulan nilai dan prinsip, tetapi harus menjadi landasan dalam berpikir dan bertindak. Seorang pemimpin harus memiliki integritas, visi yang jelas, serta mampu menjaga harmoni dalam organisasi,” katanya.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa kepemimpinan Aisyiyah memiliki karakteristik khas yang membedakannya dari model kepemimpinan lainnya. Salah satu konsep yang diusung adalah feminisme Islam, yakni kepemimpinan yang tetap berlandaskan nilai-nilai keislaman dalam memperjuangkan peran perempuan dalam masyarakat.

Selain itu, kepemimpinan Aisyiyah juga bersifat melayani, di mana pemimpin bukan sekadar pengambil keputusan, tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam mengayomi dan membimbing anggota. Model kepemimpinan ini menekankan keterlibatan komunitas dalam setiap pengambilan kebijakan dan aktivitas organisasi.

Mardhiana juga menyoroti pentingnya pemberdayaan dan pendidikan sebagai pilar utama dalam kepemimpinan Aisyiyah. Menurutnya, pemimpin yang baik harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan kapasitas anggota serta mendorong lahirnya generasi yang berdaya dan berkontribusi bagi umat dan bangsa.

Tak kalah penting, kepemimpinan Aisyiyah juga menekankan aspek etis. Hal ini berarti bahwa setiap tindakan dan keputusan pemimpin harus didasarkan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, serta kepedulian terhadap sesama. “Seorang pemimpin harus menjadi teladan dalam bersikap dan berperilaku,” imbuhnya.

Di akhir pemaparannya, Mardhiana mengajak seluruh peserta Musywil IGABA ke-3 untuk terus menguatkan ideologi kepemimpinan dalam organisasi. Ia berharap Aisyiyah di Kalimantan Utara dapat semakin berkembang dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para pendiri Muhammadiyah dan Aisyiyah.

“Jika kita ingin Aisyiyah terus maju, maka kita harus memiliki pemimpin yang berintegritas, berjiwa pembaru, dan selalu mengedepankan nilai-nilai Islam dalam setiap langkahnya,” pungkasnya.

Related Posts

Muhammadiyah Kaltara Terus Bertumbuh, IPM Siap Jadi Garda Pelajar Berkemajuan

TARAKAN – Muhammadiyah terus menunjukkan eksistensinya di Kalimantan Utara sebagai gerakan Islam yang membumi dan progresif. Tak hanya melalui amal usaha dan kegiatan dakwah, peran pelajar Muhammadiyah juga makin terasa…

Lanjutkan Membaca
Kehadiran Pesantren Jati Diri Bangsa: Menghilangkan Jati Diri Pesantren?

Tarakan – Keberadaan Pesantren Jati Diri Bangsa yang baru didirikan di Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, dan Desa Gunawan, Kabupaten Tana Tidung, menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat. Pesantren ini mengusung konsep…

Lanjutkan Membaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Akses Internet di SMA Kaltara Terimbas Efisiensi Anggaran, Fokus Dialihkan ke Wilayah 3T

Akses Internet di SMA Kaltara Terimbas Efisiensi Anggaran, Fokus Dialihkan ke Wilayah 3T

SD Muhammadiyah 2 Tarakan Deklarasi Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Bersinar

SD Muhammadiyah 2 Tarakan Deklarasi Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Bersinar

Family Gathering GTK Muhammadiyah Selumit, Langkah Baru Menuju Pendidikan Berkualitas

Family Gathering GTK Muhammadiyah Selumit, Langkah Baru Menuju Pendidikan Berkualitas

Kebersamaan dan Sinergi GTK Muhammadiyah Selumit dalam Family Gathering

Kebersamaan dan Sinergi GTK Muhammadiyah Selumit dalam Family Gathering

Majelis Dikdasmen Tarakan Tetapkan Jadwal Pembelajaran Selama Ramadhan 1446 H

Majelis Dikdasmen Tarakan Tetapkan Jadwal Pembelajaran Selama Ramadhan 1446 H

SMA Muhammadiyah Tarakan Sukses Gelar Career Day, Instekmu Tampil Eksis Perkenalkan Prodi dan Peluang Kerja

SMA Muhammadiyah Tarakan Sukses Gelar Career Day, Instekmu Tampil Eksis Perkenalkan Prodi dan Peluang Kerja